Remaining Challenges for Humanistic Psychology


        Aliran psikologi humanistik dimulai pada akhir 1950-an dan berkembang di tahun 1960-an mengalami perubahan korektif untuk mengubah pandangan psikologi masa itu. Psikologi humanistik merupakan cara atau teori yang berguna dalam memulihkan citra pribadi manusia yang sangat dipengaruhi behaviorisme dan psikoanalisi. Namun, psikologi humanistik tidak benar-benar menjauhkan diri dari metode dan strategi dari teori psikologi lainnya. Jurnal ini menunjukkan kompatibilitas antara psikologi humanistik, pendekatan fenomenologis dan tantangan masa depan untuk memperoleh pengakuan atas penggunaan teori psikologi humanistik sebagai sarana pengembangan metode untuk mempelajari orang-orang dengan cara psikologis yang manusiawi.

Saat ini, orang-orang yang secara langsung mengalami awal dari psikologi humanistik dan telah menggunakan dan mengembangkan teori psikologi humanistik seperti yang terjadi pada tahun 1960. Menurut teori behaviorisme, paradigma eksperimental, pendekatan kuantitatif, dan penggunaan hewan sebagai subyek sangat dominan dilakukan. Sedangkan  bidang klinis, menggunakan interpretasi yang tinggi, tes psikologi dan diukur dengan teori psikoanalisis. Tentu saja, tidak behaviorisme maupun psikoanalisis harus begitu sempit ditafsirkan, sebagai dekade berikutnya menunjukkan, namun psikologi dianggap menjadi ekor pada tubuh kedokteran atau ilmu pengetahuan eksperimental. Artinya, fakta psikologis harus selaras dengan fakta-fakta yang diketahui tentang obat atau ilmu fisika, dan fakta yang harus diperoleh dengan prosedur yang tepat dari metode ilmiah. Harapannya adalah bahwa harus ada kesinambungan antara fakta yang ditemukan oleh psikologi dan orang-orang kedokteran dan ilmu pengetahuan alam eksperimental. Sikap ini, tentu saja, adalah prasangka yang dipegang oleh mayoritas psikolog pada waktu itu, dan itu adalah keputusan sebelumnya tentang sifat psikologi meskipun semua sadar bahwa suatu definisi yang komprehensif dan tepat psikologi belum pada prestasi sejarah. Juga tidak namun pada hari ini.
                Itu terhadap latar belakang seperti bahwa sekelompok kecil psikolog memprotes visi dominan psikologi dan ingin menekankan fakta bahwa manusia tidak dapat begitu mudah berkurang dan bahwa citra pribadi manusia bahwa lapangan itu menggambarkan dunia pada largewas sangat distorted.The manusia jauh lebih kompleks dan self-menentukan dari apa psikologi utama yang menawarkan, mereka protes, dan mereka bersikeras bahwa psikologi harus datang sekitar untuk mengakui beberapa dimensi yang lebih halus, kreatif, unik, dan positif manusia atau yang lain menderita akibat dari penyimpangan. Protes itu sebagian besar berasal dari praktisi-klinis psikolog, konselor, terapis, dan sebagainya-karena mereka adalah orang-orang yang harus berurusan dengan beton, individu manusia yang menderita masalah dalam hidup. Pengalaman praktis dan pengetahuan mereka tentang apa yang terbukti berharga untuk membantu mereka yang menderita psikologis menyebabkan konsepsi yang berbeda dari psikologi dan menunjukkan diri-interpretasi.

Fenomena “Positive Psychology” dalam Dunia Motivasi



Fenomena “Positive Psychology” dalam Dunia Motivasi
Salam Super!, Success is my Right

Tag line seperti diatas sering ditemukan dalam seminar-seminar motivator. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), motivator disebutkan memiliki arti sebagai orang (perangsang) yang menyebabkan timbulnya motivasi pada orang lain untuk melaksanakan sesuatu; pendorong; penggerak1. Bahkan, sudah umum motivator dijadikan sebagai sebuah profesi dan karena merupakan profesi maka ada jasa tertentu yang harus dibayarkan setelah mendapatkan motivasi dari motivator. Pemberian motivasi bisa melalui training, seminar, dan sebagainya.
“Salam Super!” merupakan salam pembuka yang biasa dibawakan Mario Teguh dalam seminarnya. Sudah banyak seminar-seminar motivasi yang digelar di Indonesia atau bahkan disiarkan oleh televisi, seperti acara Golden Ways oleh Mario Teguh dan “Success is my Right” merupakan kata-kata yang terkenal dari Andrie Wongso – satu-satunya Motivator di Indonesia yang bergelarkan SDDT TBS (Sekolah Dasar Tidak Tamat, Tapi Bisa Sukses). Terlepas dari apakah orang yang memberikan seminar motivasi tersebut adalah motivator yang sudah terkenal atau motivator baru, pasti kita pernah mengikuti atau menontonnya setidaknya sekali.
Fenomena seminar motivasi semakin merajarela belakangan ini. Bahkan kebanyakan para motivator yang terkenal tersebut berangkat dari individu dengan latar belakang hidup yang “keras”. Salah satu tokoh motivator yang terkenal di Indonesia misalnya, Bong Chandra, seorang entrepreneur muda yang sukses pada usia 22 tahun dengan usaha keras dari nol dan bahkan dianggap remeh oleh banyak orang sebelumnya. Bong pernah diundang untuk memberikan motivasi di Perusahaan Terbesar Dunia dan seminarnya selalu dihadiri ribuan orang. Dalam fenomena ini, bisa dilihat gambaran mengapa para motivator bisa memotivasi orang lain, sehingga banyak orang yang tertarik mengikuti seminar-seminar motivasi. Tujuan motivator, yaitu memberikan motivasi, membantu dan memberikan individu sebuah pemahaman dalam mencapai suatu tujuan ataupun menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari. Banyak kasus dimana ditemui ada partisipan yang mengikuti sebuah seminar motivasi dan memberikan testimoni yang berterima kasih pada sang motivator karena masalahnya terselesaikan atau misalnya setelah mengikuti seminar pendapatannya meningkat.
Testimonial tersebut merupakan gambaran bagaimana seorang motivator mampu memotivasi individu hingga membuat hidup pesertanya bermakna dan menemukan apa yang ingin dicapai. Dari apa yang mampu dilakukan motivator tersebut dalam membuat individu mengembangkan potensinya, makna dan tujuan hidupnya hampir sama dengan apa yang merupakan tujuan dari psikologi positif.
Tujuan - tujuan yang ingin dicapai para motivator dan paham yang dianut mereka akan membuka wawasan kita ke arah psikologi positif, dimana psikologi positif dalam tingkat individual berkaitan dengan trait pribadi yang positif: kapasitas untuk mencintai dan dicintai, potensi melakukan suatu tugas, keberanian, keterampilan interpersonal, kepekaan estetika, ketekunan, kemampuan memaafkan, orisinalitas, orientasi masa depan, keberbakatan dan kebijaksanaan.



Psikologi Positif (Positive Psychology) menekankan pada optimalisasi fungsi-fungsi kehidupan, lebih menekankan apa yang benar/baik pada seseorang, dibandingkan apa yang salah/buruk. Psikologi positif ini memfokuskan dirinya untuk meneliti kekuatan-kekuatan dan kelebihan-kelebihan yang ada pada manusia dan berhubungan dengan penggalian emosi positif (seperti baik hati, humor, cinta, optimis), yang akan mengantarkan dirinya untuk mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan.
Pada seminar motivasi, biasanya para motivator akan memberikan semangat, pendorong, bahkan berbagi cerita bagaimana mereka bisa mencapai kesuksesan mereka. Umumnya, mereka akan berangkat dari cerita dimana mereka yang bukan apa-apa, bagaimana orang lain meremehkan mereka, hidup serba kekurangan, mampu mencapai kesuksesan yang tidak akan disangka oleh siapapun. Hal ini seolah-olah menggambarkan bagaimana individu yang dianggap pesimistik oleh orang lain, mampu melihat dirinya secara optimistik; melawan semua ketidakberdayaan dan kekurangan, mengembangkan potensinya dibawah tekanan lingkungan yang tidak mendukung, berpikir positif, serta yakin akan tujuannya hingga menjadi kenyataan. Maka boleh dikatakan, umumnya cara berpikir para motivator sejalan dengan paham psikologi positif.
Meskipun motivator dan psikolog yang menganut paham psikologi positif sama-sama memiliki tujuan yang sama, yakni kebahagian manusia, tentu saja ada perbedaan yang mendasar di antara keduanya itu. Para motivator cenderung mendorong audiensnya untuk mencapai kebahagiaan dengan berlandaskan pada pengalaman-pengalaman pribadi sang motivator (cenderung subjektif), dan menggeneralisasikan pengalaman-pengalaman pribadinya pada semua audiensnya (“Saya bisa, maka Anda pun pasti bisa”). Sedangkan psikolog yang menganut paham psikologi positif, mereka lebih memahami individual differences sehingga teknik atau cara yang mereka gunakan untuk membimbing individu mencapai kebahagian cenderung akan berbeda satu sama lain.
Seligman (1998) mengemukakan 3 cara untuk bahagia, yakni Have a Pleasant Life (life of enjoyment), Have a Good Life (life of engagement), dan Have A Meaningful Life (life of Contribution)2. Kebahagiaan hanya dapat dicapai dengan memandang hidup sebagai hal yang bermakna dan berharga, mengenali diri dan menemukan kekuatan-kekuatan kita, lalu memanfaatkan kekuatan-kekuatan kita untuk kepentingan yang lebih besar. Terlepas dari apakah psikolog atau motivator yang memberikan motivasi pada individu, makna dan tujuan hidup hanya dapat dicapai dengan terlebih dahulu mengembangkan pikiran positif mulai dari diri kita sendiri.



1 Tim Penyusun Pusat Kamus. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Edisi 3 cet. 4.Jakarta: Balai Pustaka

2Seligman, MEP. 1998. Learned Optimism: How to Change Your Mind and Your Life. New York: Free Press.

Jadwal Challenge Sabtu - Minggu



No
Waktu
Acara
1
06.30 – 07.00
Pemberangkatan
2
07.00 – 08.45
Perjalanan sampai ke Selopamioro
3
08.45 – 09.00
Pengkondisian peserta dan Ice Breaking
3
09.00 – 10.30
Opening dan Perkenalan dengan warga
4
10.30 – 11.00
Pengarahan kegiatan-Technical meeting
5
11.00 – 11.30
Transfer ke homestay dan
5
11.30 – 12.00
Adaptasi,analisis sosial

12.00 – 12.30
ISHOMA
6
12.30 – 13.00
Melanjutkan analisis Sosial
7
13.00 – 14.30
Materi oleh masing2 pendamping-SWOT Program yang harus dipertimbangkan ketika melakukan program singkat di masyarakat
8
14.30 – 15.30
ISHOMA dan bersih diri
9
15.30 – 16.15
Melanjutkan pelaporan hasil analisis program dilanjutkan dengan pengundian program
10
16.15 – 18.00
Penyusunan program
11
18.00 – 19.30  
ISHOMA
12
19.30 – 21.30
Presentasi Rencana Program
13
21.30 – 22.00
Breafing acara untuk esok hari
14
22.00 – 4.00
Menggapai tsurraya
15
4.30 – 5.30
Sholat subuh
16
5.30 – 6.30
Senam bersama
17
6.30 – 7.00
Persiapan Program
18
7.00 -7.15
Breafing
19
7.15 – 10.00
Pelaksanaan Program
20
10.00-11.30
Presentasi dan evaluasi hasil program
21
11.30-12.00
Team talent Challenge
22
12.00-12.30
ISHOMA
23
12.30-13.00
Berpamitan ke warga
24
13.00-14.30
Pulang ke kampus

Artikel

Peran Psikologi dalam Investigasi Kasus Hukum di Indonesia

Peran Psikologi dalam Investigasi Kasus Hukum di Indonesia Psikologi adalah ilmu yang mempelajari jiwa/psikis manusia, sehingga ...

Artikel Populer