Penulis

Menulis itu memang hal yang mudah, tapi tak semudah yang dibayangkan,,,
liat saja mereka, ngerjain tugas asal copas, tak berijin, seenaknya, semaunya sendiri...
pemuda saat ini maunya instan melulu...
trus apa yang harus dilakukan sebenarnya...
menulis terus,...
atau hanya untuk kita saja,,,
tak dibagi-bagi...

alah,,,yang penting masih bisa berbagi...
MARI MENULIS, MARI BERBAGI

Michel Telo - 'Ai Se Eu Te Pego' Lyric

Michel Telo - 'Ai Se Eu Te Pego' Lyric

Reff:
Nossa, nossa
Assim você me mata
Ai se eu te pego
Ai ai se eu te pego
Delícia, delícia
Assim você me mata
Ai se eu te pego
Ai ai se eu te pego

Bait:
Sábado na balada
A galera começou a dançar
E passou a menina mais linda
Tomei coragem e comecei a falar

Reff:
Nossa, nossa
Assim você me mata
Ai se eu te pego
Ai ai se eu te pego
Delícia, delícia
Assim você me mata
Ai se eu te pego
Ai ai se eu te pego

Bait:
Sábado na balada
A galera começou a dançar
E passou a menina mais linda
Tomei coragem e comecei a falar

Reff:
Nossa, nossa
Assim você me mata
Ai se eu te pego

Ai ai se eu te pego
Delícia, delícia
Assim você me mata
Ai se eu te pego
Ai ai se eu te pego

Reff:
Nossa, nossa
Assim você me mata
Ai se eu te pego
Ai ai se eu te pego
Delícia, delícia
Assim você me mata
Ai se eu te pego
Ai ai se eu te pego

JIGSAW III


JIGSAW III
            Metode Jigsaw yang ketiga ini dikembangkan oleh Kagan (1990). Tidak ada perbedaan yang menonjol antara JIGSAW I, JIGSAW II, JIGSAW III dalam tata laksana dan prosedurnya masing-masing. Hanya saja, dalam JIGSAW III, Kagan lebih fokus pada penerapannya di kelas-kelas bilingual. Jadi berbeda dengan dua metode Jigsaw sebelumnya yang dapat diterapkan pada semua materi pelajaran, metode Jigsaw III khusus diterapkan untuk kelas bilingual.
            Kelas bilingual bisa dipahami sebagai kelas yang didalamnya terdapat para pembelajar bahasa Inggris dari berbagai daerah dengan level profiency yang berbeda-beda. Dalam kelas bilingual biasanya terdapat:
1. Siswa-siswa yang mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa nasional mereka (English-Only Leaners/EOL),
2.  Siswa-siswa yang bahasa nasionalnya bukan bahasa Inggris namun mereka terlibat dalam proses pembelajaran bahasa Inggris (English-Language Leaners/ELL),
3.  Siswa-siswa yang bahasa nasionalnya bukan bahasa Inggris namun mereka mahir berbahasa Inggris (English-Proficient Leaners/EPL).
Karena diterapkan khusus untuk kelas bilungual, maka JIGSAW III pada umunya menggunakan bahasa Inggris untuk materi, bahan, lembar kerja, dan kuisnya.

JIGSAW II


JIGSAW II
Ketika Aronson (1975) mengembangkan metode Jigsaw untuk pertama kalinya, Slavin (1989) lalu mengadopsi dan memodifikasinya kembali. Hasil modifikasi yang dilakukan Slavin ini dikenal dengan metode Jigsaw versi II. Dalam metode ini, setiap kelompok “berkompetisi” untuk memperoleh penghargaan kelopok (group reward). Penghargaan ini diperoleh berdasarkan performa individu masing-masing anggota. Setiap kelompok akan memperoleh point tambahan jika masing-masing anggotanya mampu menunjukkan performa (dibandingkan sebelumnya) saat ditugaskan mengerjakan kuis.
            Teknis pelaksanaannya hampir sama dengan Jigsaw I. tahapan pembelajaran Jigsaw menurut Slavin (1995) adalah sebagai berikut:
1.      Membaca
Siswa mendapat topik ahli, yaitu topik yang menjadi fokus masing-masing siswa, tiap-tiap siswa dalam satu kelompok mendapatkan topik yang berbeda. Materi yang diberikan kemudian dibaca untuk menemukan informasi yang ada.
2.      Diskusi kelompok ahli
Siswa dengan bahan pelajaran yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam kelompok ahli
3.      Laporan kelompok
Para ahli kemudian ke kelompok asalnya untuk mengajarkan teman kelompok mereka mengenai topic ahli. Pengajaran ini dibutuhkan agar dirinya dan teman-teman satu kelompoknya bisa siap menghadapi ujian individu berikutnya.
4.      Tes
Siswa mengerjakan kuis/soal secara individu. Soal tersebut mencakup seluruh topic yang telah dipelajari dan didiskusikan.
5.      Penghargaan kelompok
Skor yang diperoleh setiap anggota dari hasil kuis ini akan menentukan skor yang diperoleh oleh kelompok mereka Kelompok dengan skor tertinggi berhak mendapatkan penghargaan.

Prosedur & Contoh Gambar Hasil MRI


Prosedur: 

Sebelumnya kami akan menjelaskan mekanisme kerja CT scan secara umum, pada CT scan, pasien di beri pancaran sinar X, kemudian di bagian bawah alat tersebut ada semacam alat yang menangkap sinar X yang kemudian mengubahnya menjadi hasil CT scan. Berbeda dengan CT scan, MRI menggunakan gelombang magnetik dalam proses kerjanya. Alat yang digunakan akan menghasilkan medan magnet dengan kekuatan 3000 kali dari medan magnet bumi. Medan magnet yang dihasilkan oleh alat ini akan memberikan instruksi kepada proton yang ada di nukleus hidrogen. Pada keadaan normal proton akan berada dalam arah atau letak yang acak. Namun saat diberikan medan magnet maka proton akan menempatkan diri pada kutub medan magnet. Kemudian akan dikirimkan radiofrekuensi yang akan menyebabkan vibrasi dari proton. Sinyal radio yang dihasilkan akan direkam dan direkonstruksi menjadi gambaran jaringan. Gambar yang dihasilkan oleh MRI berlawanan dari CT scan. Tulang akan terlihat hitam pada MRI. Penggunaan kontras dapat digunakan untuk memperkuat gambar.

Contoh Gambar Hasil MRI




Terlihat dari gambar di atas bahwa, hasil gambar MRI sangat mendetail, dan ia mampu menunjukkan lokasi tulang (jaringan keras) maupun jaringan-jaringan organ (jaringan lembut).
The Do’s and the Don’ts
Do:
·         Sebelum melakukan prosedur MRI, sebaiknya dating ke klinik tersebut 1 jam sebelum dilakukannya prosedur agar dapat memenuhi berkas-berkas pasien.
·         Lakukan pre-examination screening
·         Tanyakanlah eligibility untuk MRI, pastikan bahwa kita layak untuk melakukan prosedur tersebut (tidak memiliki metal apapun di dalam tubuh kita, con: metal klip untuk patah tulang)
·         Gunakan pakaian yang tidak memiliki metal
·         Lepaskan semua alat yang memiliki unsur metal seperti jam tangan, kacamata, ataupun barang lain yang tengah dibawa.

Don’ts:
·         Selama menggunakan MRI, kita tidak diperbolehkan bergerak sedikit pun karena dapat mengganggu gelombang

MRI = Magnetic Resonance Imaging


Apa itu MRI?
MRI, atau yang seringkali disebut dengan Magnetic Resonance Imaging merupakan sebuah prosedur dengan gambar-gambar beresolusi tinggi dikonstruksikan dari pengukuran gelombang-gelombang yang dipancarkan oleh atom-atom hidrogen ketika diaktifkan oleh gelombang frekuensi-radio di medan magnetic.
MRI sering dibandingkan dengan beberapa alat scanning lain, terutama dengan CT-scan dan X-ray. Namun, ketiga alat tersebut masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan yang membedakan ketiganya dengan satu sama lain. Sebagai contoh X-ray images digunakan untuk dapat melihat proyeksi gambar jaringan tubuh yang keras seperti tulang, sedangkan CT-scan dapat digunakan untuk melihat jaringan tubuh yang keras dan lunak seperti jaringan otak. 
 
Kelebihan MRI:
MRI terlihat dapat menunjukkan gambaran yang lebih detail dan jelas dibandingkan dengan CT-Scan. Terlihat dari beberapa contoh di video dan juga melalui referensi buku Pinnel, MRI dapat melihat benda (tubuh kita) baik secara 1 dimensi, 2, maupun 3 dimensi. Sehingga, alat ini mampu memberikan suatu gambaran yang mencangkup keseluruhan aspek jaringan yang dapat kita gunakan.
Kelebihan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dibandingkan dengan metode-metode biopsikologi yang lain adalah MRI memberikan gambar-gambar otak yang lebih jelas dibandingkan CT (Computed Tomography). Pemindai MRI adalah dua dimensi yang dikode dengan warna otak midsagital. MRI juga memberikan  spatial resolution (resolusi spasial, kemempuan untuk mendeteksi berbagai perbedaan di lokasi spasial) yang tinggi, MRI dapat menghasilkan gambar-gambar tiga dimensi. MRI structural dapat digunakan untuk memberikan gambar-gambar tiga dimensional seluruh otak.
Beberapa faktor kelebihan yang dimiliki-nya, terutama kemampuannya membuat potongan koronal, sagital, aksial dan oblik tanpa banyak memanipulasi posisi tubuh pasien sehingga sangat sesuiai untuk diagnostik jaringan lunak. Teknik penggambaran MRI relatif komplek karena gambaran yang dihasilkan tergantung pada banyak parameter. Bila pemilihan para-meter tersebut tepat, kualitas gambar MRI dapat memberikan gambaran detail tubuh manusia dengan perbedaan yang kontras, sehingga anatomi dan patologi jaringan tubuh dapat dievaluasi secara teliti.
Kelebihan lainnya ialah berbeda dengan CT-Scan, MRI tidak memberikan rasa sakit kepada pasien akibat radiasi sebab dalam prosesnya tidak digunakan sinar-X. Salah satu kelebihan tinjau MRI adalah, menurut pengetahuan pengobatan masa kini, tidak berbahaya kepada orang yang sakit. Berbanding dengan CT scans “computed axial tomography” yang menggunakan aksial tomografi berkomputer yang melibatkan dos radiasi mengion, MRI hanya menggunakan medan magnet kuat dan radiasi tidak mengion “non-ionizing” dalam jalur frekuensi radio. Bagaimanapun, perlu diketahui bahwa orang sakit yang membawa benda asing logam (seperti serpihan peluru) atau implant terbenam (seperti tulang Titanium buatan, atau pacemaker) tidak boleh dipindai di dalam mesin MRI, disebabkan penggunaan medan megnet yang kuat.
Sedangkan, dibandingkan dengan PET (Positron Emission Tomography) fungtional MRI memiliki empat keunggulan yaitu: (1) Tidak ada yang harus disuntikkan ke dalam subjeknya; (2) memberikan informasi struktural maupun fungsional dalam gambar yang sama; (3) resolusi spasialnya lebih baik; dan (4) dapat digunakan untuk menghasilkan gambar-gambar tiga dimensi aktivitas seluruh otak.
Kedua alat canggih di atas dapat melakukan pengukuran dengan bantuan x-ray. Sehingga prosedur dari penggunaan CT-Scan secara general.

Kekurangan MRI:
             Pemeriksaan dengan MRI memang banyak memiliki keunggulan. Prosedur pemeriksaan MRI pun tidak menimbulkan sakit atau kerusakan jaringan. Akan tetapi walaupun MRI dapat digunakan sebagai alat deteksi kebohongan dengan tingkat akurasi mendekati 100 persen namun tidak semua gejala non-alamiah manusia kemudian dapat diidentifikasi sebagai kebohongan. Selain itu, karena berada pada daerah dengan medan magnet besar, maka pada saat pemeriksaan berlangsung akan dapat menarik benda-benda yang bersifat logam dan menyebabkan tempatnya bergeser.
Kelemahan MRI yaitu tidak dapat dilakukan pada pasien dengan benda logam yang ditanam di dalam tubuhnya. Benda logam yang ditanam di tubuh atau implan antara lain dapat berupa klip, pacemaker pada jantung. Ada juga alat bantu dengar ataupun gigi palsu. Maka sebelum pasien menjalani pemeriksaan MRI dilakukan screening dengan alat yang dapat mendeteksi ada tidaknya logam dalam tubuh yakni metal detector. MRI juga tidak dapat digunakan untuk pemeriksaan paru dan kurang baik untuk pemeriksaan saluran cerna, serta tidak sensitive untuk mendeteksi klasifikasi.
Sementara itu sebelum melakukan pemeriksaan MRI pasien diharuskan memakai baju khusus pemeriksaan dan menanggalkan benda-benda bersifat feromagnetik atau yang mampu menarik magnet seperti jam tangan, perhiasan jepit tambut dan lainnya. Disisi lain, MRI juga memiliki kontra indikasi atau sebaiknya tidak dilakukan pada pasien klostrophobia atau seseorang yang takut masuk kedalam terowongan yang disebut gantry. Selain waktu pemeriksaannya yang lebih panjang beberapa menit dibanding CT scan, pasien juga harus dalam keadaan diam tidak boleh bergerak dalam waktu beberapa menit. Maka untuk orang yang phobia terhadap terowongan sebaiknya tidak melakukan pemeriksaan dengan MRI begitu juga dengan pasien anak – anak kecil yang tidak dapat tenang. Akan tetapi jika terpaksa tetap harus menjalani pemeriksaan MRI, dapat dilakukan dengan menggunakan anastesi.

Artikel

Peran Psikologi dalam Investigasi Kasus Hukum di Indonesia

Peran Psikologi dalam Investigasi Kasus Hukum di Indonesia Psikologi adalah ilmu yang mempelajari jiwa/psikis manusia, sehingga ...

Artikel Populer