Masa kanak – kanak merupakan masa penting dalam perkembangan seseorang. Karena kanak – kanak merupakan masa dimana peletakkan pondasi pertama untuk tahap perkembangan selanjutnya. Pada masa ini terbentuk perilaku dan watak seseorang, dikenal pula istilah the child is the father of the man ( sigmund Freud ). Setiap tahap perkembangan kanak-kanak akan memiliki tugas perkembangan yang berbeda-beda yang akan berpengaruh pada tahap selanjutnya. Anak dikatakan normal jika anak mampu menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya. Sebaliknya jika anak tidak dapat menyelesaikan tugas-tugasnya, dapat dikatakan jika anak mengalami hambatan dalam tahap perkembangannya. Secara umum, kesamaan antara perkembangan anak dengan apa yang harus dicapainya dilihat dari kematangan sosial anak tersebut.
Adapun yang dimaksud dengan kematangan sosial adalah dimilikinya kemampuan perilaku sebagai kinerja yang menunjukkan kemampuan berpartisipasi dalam lingkungan anak, yang ditunjukan anak sesuai dengan usia kanak-kanak awal antara lain: mampu menunjukkan sikap bekerja sama dalam kelompok, berani menampilkan diri sesuai dengan minatnya, dapat menunjukan sikap berbagi, dapat besikap sesuai norma lingkungan kecil, mampu bersikap simpati dan empati yang masih sederhana, dapat bersikap ramah, tidak egois, suka meniru perilaku positif lingkungannya, serta dapat memberi kasih sayang pada orang yang dekat (Prihaningsih, 2006).
Tujuan dari kematangan sosial adalah agar dapat mempermudah anak untuk berorientasi dan bersosialisasi pada dunia luar yaitu lingkungan masyarakat dan mempermudah dalam melakukan hubungan sosial secara mandiri, dimana seseorang tidak akan berkembang menjadi individu yang tergantung pada lingkungan sosialnya.
kematangan sosial tersebut dapat dilihat dari perilakunya. Perilaku tersebut menunjukan kemampuan individu dalam mengurus dirinya sendiri dan partisipasinya dalam aktivitas-aktivitas yang mengarah pada kemandirian sebagaimana layaknya orang dewasa. Kematangan sosial adalah hal yang berkaitan dengan kesiapan anak untuk terjun dalam kehidupan sosial dengan orang lain yang bisa diamati dalam bentuk keterampilan yang dikuasai dan dikembangkan sehingga akan membantu kematangan sosial kelak (Doll dalam Habibi, 2003).
Faktor penting dalam pematangan sosial adalah pendidikan. Oleh sebab itu pendidikan bagi anak usia dini merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan anak tersebut di masa yang akan datang.
Pendidikan anak pun harus direncanakan dan melalui pentahapan - pentahapan yang sesuai dengan usia anak. Pada usia dini pendidikan lebih ditekankan pada kemampuan bahasa, emosi, moral, kemandirian, kedisiplinan dan nilai agama. Oleh sebab itu pendidikan di usai dini berbeda sifatnya dengan pendidikan – pendidikan setelahnya. Karena pendidikan di usia dini merupakan proses pembentukan watak dan peletakkan pondasi awal dari mental serta keperibadian seseorang. Serta pendidikan awal juga merupakan lagkah awal pengenalan anak terhadap lingkungan di luar lingkungan keluarga. Langkah awal dalam penjalinan proses sosial terhadap sesama.
Seperti yang tertulis pada Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Supriadi, 2004).
Seseorang akan mencapai tujuan atau keinginan diri tergantung pada hambatan yang hadapinya dan bagaimana ia berhasil menanggulanginya. Baik dari lingkungan dimana anak- anak kehilangan kesempatan belajar dan budaya yang tidak menunjang atau dari diri sendiri seperti rasa takut untuk mencoba melakukan apa yang mereka rasakan mampu karena kritik masyarakat. Maka dari itu pendidikan usia dini penting, erat kaitannya dengan membantu realisasi diri di masa kanak – kanak, belajar untuk berhubungan dengan orang lain menjadi berorientasi terhadap orang lain dan tidak berorientasi terhadap diri sendiri. Menanggulangi penyebab perilaku tidak sosial sebelum perilaku itu menjadi kebiasaan dan menghalangi kesempatan anak untuk penerimaan sosial. Meletakkan tujuan yang realistis untuk menghindari kegagalan dengan pengaruh merusak konsep diri seseorang. Dan bentuk dari pendidikan anak usia dini diwujudkan dalam kelompok bermain yang lebih dikenal dengan istilah Playgoup.
Ada perbedaan antara anak yang mengikuti playgroup dan tidak mengikuti playgroup. Diantaranya anak – anak yang mengikuti playgroup ketika masuk ketingkat pendidikan yang lebih tinggi ia akan lebih siap dan lebih bisa bersosialisasi dengan baik, sudah memiliki pengalaman bagaimana berinteraksi dengan orang lain, serta lebih percaya diri.
Sedangkan anak – anak yang tidak mengikuti playgroup cenderung lebih pemalu dan kemaampuan bersosialisasi tidak lebih baik daripada anak – anak yang mengikuti playgroup. Selain itu anak – anak yang mengikuti playgroup tugas perkembangannya bisa lebih cepat terselesaikan karena terbiasa diberi rangsangan stimulus lebih awal.