|
Pantai parangtritis. | |
"Kusnadi
(1996) menjelaskan bahwa, dari keadaan yang terjadi di masyarakat pesisir
pantai, awal dimulainya kemiskinan adalah dari tingkat pendidikan yang rendah
dan karakter yang keras. Pendidikan yang rendah, menyebabkan pola berfikir dari
masyarakat pesisir pantai yang rendah, sedangkan karakter yang keras cenderung
menyebabkan masyarakat sekitar pesisir pantai sulit sekali untuk diajak
sosialisasi dan diskusi. Hal ini diperparah dengan pola hidup yang bersifat
konsumtif dan tidak berorientasi masa depan”. “Kontribusi dari mahasiswa untuk
merubah pola pikir masyarakat pesisir pantai yang demikian sangat diperlukan.
Seorang mahasiswa atau sekelompok mahasiswa dari satu multidisiplin ilmu yang
secara bersama-sama memberikan kontribusinya dalam pengentasan kemiskinan
masyarakat pesisir pantai tidak bisa mengentaskan kemiskinan secara tuntas,
perlu adanya relasi dari sekelompok mahasiswa berbagai multidisiplin ilmu
secara bersama-sama berfikir dan bekerja mencari solusi dalam pengentasan
kemiskinan (Bengen, 2001)”.
Ide
kreatif yang diberikan oleh sekelompok mahasiswa dari disiplin ilmu diawali
dengan menumbuhkan paradigma “spirit
building” dan memberi gambaran terhadap pola hidup yang selalu
memperhatikan pendidikan dan masa depan di kalangan masyarakat pesisir pantai.
Sasaran utama dalam menumbuhkan paradigma ini adalah anak dari masyarakat
pesisir pantai, kerena karakternya masih labil sehingga lebih mudah untuk
dipengaruhi. Jadi, ketika tumbuh menjadi dewasa, anak-anak dari masyarakat
pesisir pantai sudah memiliki karakter
yang bersifat maju, berorientasi kepada pendidikan dan masa depan. Dalam
mewujudkannya, langkah pertama yang dilakukan adalah memberikan sosialisasi
kepada perangkat desa setempat dan tokoh masyarakat yang disegani di lingkungan
masyarakat pesisir pantai. Selanjutnya dilakukan sosialisasi terhadap tenaga
kesehatan, aparat kepolisian, dan seluruh aspek pelayan masyarakat lainnya,
serta para tenaga pendidik yang mendidik anak-anak dari masyarakat pesisir
pantai. Mereka diberikan pemahaman-pemahaman khusus tentang pentingnya
pendidikan dan masa depan dengan pendekatan secara kearifan lokal. Sedangkan
para tenaga pendidik diberi pembekalan-pembekalan khusus supaya dalam melakukan
kegiatan pembelajaran memberikan motivasi dalam diri siswa, untuk mengembangkan
hard skill dan soft skill dari siswa, pola pembelajaran pengembangan diri dengan
permainan seperti yang dilakukan di beberapa universitas perlu diterapkan.
Kalau siswa senang dalam pembelajaran, aktif, dan rajin masuk sekolah, ini
merupakan indikator yang baik, berarti
pendekatan melalui pembelajaran sekolah berhasil.
Pola
pendekatan sosialisasi harus intensif, disesuaikan dengan kearifan lokal
masyarakat pesisir pantai, mahasiswa harus berperan aktif, mampu menjelaskan
dengan baik, bisa memberikan solusi dan menjadi contoh. Dalam program
pemerintah, seperti pemberdayaan masyarakat, mahasiswa sebaiknya juga
dilibatkan. Mahasiswa diharapkan mampu menjadi pionir dengan memberikan
solusi-solusi yang cerdas dalam penyelesaian dan mahasiswa juga bisa memberi
contoh atas solusi-solusi yang diberikan. Dengan karakter masyarakat pesisir
pantai yang keras, tentu tidak semudah yang dibayangkan dalam menumbuhkan
paradigma tersebut, perlu perjuangan keras dari mahasiswa. Kunci utama yang
harus dimiliki mahasiswa adalah sabar, telaten, dan rela berkorban.
Hasil
yang diharapkan dalam menyadarkan masyarakat pesisir pantai adalah adanya hasil
dari kontribusi mahasiswa yang nyata, hasil tersebut antara lain adalah
terciptanya siswa berprestasi dari masyarakat pesisir pantai yang dapat
mengharumkan nama daerah tersebut, selain itu solusi yang diberikan mahasiswa
dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat yang diselenggarakan oleh pemerintah
menghasilkan sesuatu yang dapat dirasakan dan diterima oleh masyarakat.
Kontribusi
dari bidang psikologi adalah
memberikan strategi pembelajaran dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang
diterima oleh masyarakat pesisir pantai, memberikan program pelatihan-pelatihan
dalam mengembangkan hard skill dan soft skill serta jiwa kewirausahaan
masyarakat, memberikan pelayanan konsultasi, serta berperan aktif dalam
kegiatan pembelajaran supaya dalam pelatihan-pelatihan, masyarakat tidak jenuh,
selalu senang, dan termotivasi, karena kehadiran mahasiswa bidang psikologi
selalu membawa dampak yang ceria dan semangat.
Dalam
satu kelompok masyarakat, dalam memperoleh ilmu pengetahuan tersebut, sebaiknya
semua masyarakat harus menerimanya.
Demi terciptanya kelompok
masyarakat pesisir pantai yang berkompetensi tinggi. Kontribusi dari pemerintah dan
mahasiswa juga masih diperlukan dalam pengontrolan dan media konsultasi jika
terjadi permasalahan.