Fenomena “Positive Psychology” dalam Dunia Motivasi
Salam Super!, Success is my
Right
Tag line seperti diatas sering ditemukan
dalam seminar-seminar motivator. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
motivator disebutkan memiliki arti sebagai orang (perangsang) yang menyebabkan
timbulnya motivasi pada orang lain untuk melaksanakan sesuatu; pendorong;
penggerak1. Bahkan, sudah umum motivator dijadikan sebagai sebuah
profesi dan karena merupakan profesi maka ada jasa tertentu yang harus
dibayarkan setelah mendapatkan motivasi dari motivator. Pemberian motivasi bisa
melalui training, seminar, dan sebagainya.
“Salam Super!” merupakan
salam pembuka yang biasa dibawakan Mario Teguh dalam seminarnya. Sudah
banyak seminar-seminar motivasi yang digelar di Indonesia atau bahkan disiarkan
oleh televisi, seperti acara Golden Ways oleh Mario Teguh dan “Success is my
Right” merupakan kata-kata yang terkenal dari Andrie Wongso – satu-satunya
Motivator di Indonesia yang bergelarkan SDDT TBS (Sekolah Dasar Tidak Tamat,
Tapi Bisa Sukses). Terlepas dari apakah orang yang memberikan
seminar motivasi tersebut adalah motivator yang sudah terkenal atau motivator
baru, pasti kita pernah mengikuti atau menontonnya setidaknya sekali.
Fenomena seminar motivasi semakin
merajarela belakangan ini. Bahkan kebanyakan para motivator yang terkenal
tersebut berangkat dari individu dengan latar belakang hidup yang “keras”.
Salah satu tokoh motivator yang terkenal di Indonesia misalnya, Bong Chandra,
seorang entrepreneur muda yang sukses pada usia 22 tahun dengan usaha keras
dari nol dan bahkan dianggap remeh oleh banyak orang sebelumnya. Bong pernah diundang
untuk memberikan motivasi di Perusahaan Terbesar Dunia dan seminarnya selalu
dihadiri ribuan orang. Dalam fenomena ini, bisa dilihat gambaran mengapa para
motivator bisa memotivasi orang lain, sehingga banyak orang yang tertarik
mengikuti seminar-seminar motivasi. Tujuan motivator, yaitu memberikan
motivasi, membantu dan memberikan individu sebuah pemahaman dalam mencapai
suatu tujuan ataupun menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari. Banyak kasus
dimana ditemui ada partisipan yang mengikuti sebuah seminar motivasi dan
memberikan testimoni yang berterima kasih pada sang motivator karena masalahnya
terselesaikan atau misalnya setelah mengikuti seminar pendapatannya meningkat.
Testimonial tersebut merupakan
gambaran bagaimana seorang motivator mampu memotivasi individu hingga membuat
hidup pesertanya bermakna dan menemukan apa yang ingin dicapai. Dari apa yang
mampu dilakukan motivator tersebut dalam membuat individu mengembangkan
potensinya, makna dan tujuan hidupnya hampir sama dengan apa yang merupakan
tujuan dari psikologi positif.
Tujuan - tujuan yang ingin dicapai
para motivator dan paham yang dianut mereka akan membuka wawasan kita ke arah psikologi positif, dimana
psikologi positif dalam tingkat individual berkaitan dengan trait pribadi yang
positif: kapasitas untuk mencintai dan dicintai, potensi melakukan suatu tugas,
keberanian, keterampilan interpersonal, kepekaan estetika, ketekunan, kemampuan
memaafkan, orisinalitas, orientasi masa depan, keberbakatan dan kebijaksanaan.
Psikologi Positif (Positive
Psychology) menekankan pada optimalisasi fungsi-fungsi kehidupan, lebih
menekankan apa yang benar/baik pada seseorang, dibandingkan apa yang
salah/buruk. Psikologi positif ini memfokuskan dirinya untuk meneliti kekuatan-kekuatan
dan kelebihan-kelebihan yang ada pada manusia dan berhubungan dengan penggalian
emosi positif (seperti baik hati, humor, cinta, optimis), yang akan
mengantarkan dirinya untuk mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan.
Pada seminar motivasi, biasanya para
motivator akan memberikan semangat, pendorong, bahkan berbagi cerita bagaimana
mereka bisa mencapai kesuksesan mereka. Umumnya, mereka akan berangkat dari
cerita dimana mereka yang bukan apa-apa, bagaimana orang lain meremehkan
mereka, hidup serba kekurangan, mampu mencapai kesuksesan yang tidak akan
disangka oleh siapapun. Hal ini seolah-olah menggambarkan bagaimana individu
yang dianggap pesimistik oleh orang lain, mampu melihat dirinya secara
optimistik; melawan semua ketidakberdayaan dan kekurangan, mengembangkan
potensinya dibawah tekanan lingkungan yang tidak mendukung, berpikir positif,
serta yakin akan tujuannya hingga menjadi kenyataan. Maka boleh dikatakan,
umumnya cara berpikir para motivator sejalan dengan paham psikologi positif.
Meskipun motivator dan psikolog yang
menganut paham psikologi positif sama-sama memiliki tujuan yang sama, yakni
kebahagian manusia, tentu saja ada perbedaan yang mendasar di antara keduanya
itu. Para motivator cenderung mendorong audiensnya untuk mencapai kebahagiaan
dengan berlandaskan pada pengalaman-pengalaman pribadi sang motivator
(cenderung subjektif), dan menggeneralisasikan pengalaman-pengalaman pribadinya
pada semua audiensnya (“Saya bisa, maka Anda pun pasti bisa”). Sedangkan
psikolog yang menganut paham psikologi positif, mereka lebih memahami
individual differences sehingga teknik atau cara yang mereka gunakan untuk
membimbing individu mencapai kebahagian cenderung akan berbeda satu sama lain.
Seligman (1998) mengemukakan 3 cara
untuk bahagia, yakni Have a Pleasant Life
(life of enjoyment), Have a Good Life
(life of engagement), dan Have A
Meaningful Life (life of Contribution)2. Kebahagiaan hanya dapat
dicapai dengan memandang hidup sebagai hal yang bermakna dan berharga,
mengenali diri dan menemukan kekuatan-kekuatan kita, lalu memanfaatkan
kekuatan-kekuatan kita untuk kepentingan yang lebih besar. Terlepas dari apakah
psikolog atau motivator yang memberikan motivasi pada individu, makna dan
tujuan hidup hanya dapat dicapai dengan terlebih dahulu mengembangkan pikiran
positif mulai dari diri kita sendiri.
1 Tim Penyusun Pusat Kamus. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Edisi 3 cet. 4.Jakarta: Balai Pustaka
2Seligman, MEP. 1998. Learned Optimism: How to Change Your Mind and Your Life.
New York: Free Press.