Nama Tulungagung sebenarnya
berasal dari dua kata 'Toeloeng dan Agoeng. Arti dari dua kata itu
Toeloeng berarti mata air dan Agoeng berarti besar. Sebelumnya nama
kota ini adalah Kabupaten Ngrawa. Penyebutan kata Ngrawa sendiri konon
dari banyaknya daerah berawa yang ada atau dalam bahasa jawanya
“Ngrowo”. Tulungagung awalnya hanya merupakan bagian dari distrik dari
kabupaten Ngrawa. Waktu itu ibu kotanya masih berada di daerah
Kalangbret.
Sejak
beberapa tahun lalu ada koreksi mengenai penentuan hari jadi kota
Tulungagung. Merunut dari prasasti yang ditemukan di daerah Thani
Lawadan yang kini diyakini bernama Wates, Campurdarat uisa kota ini
sudah termasuk sangat tua usianya. Dari prasasti Lawadan menunjukkan
kota ini berdiri sejak tahun 12 November tahun 1205.
Prasasti
yang bertanggal 18 Nopember 1205 -- hari Jumat Pahing- dikeluarkan
oleh Prabu Srengga raja terakhir kerajaan Daha. Raja yang terkenal
dengan nama Prabu Dandanggendis. Isinya kurang lebih berisi pemberian
keringanan pajak dan hak istimewa semacam bumi perdikan atau "sima".
Alasannya pemberian ''hadiah'' tersebut adalah karena jasa prajurit
Lawadan atas dedikasi dan bantuan mereka kepada kerajaan dalam mengusir
musuh dari Timur. Berkat bantuan para prajurit Lawadan sang raja yang
tadinya harus meninggalkan kraton dapat kembali berkuasa.
Pada
jaman Mataram Islam yaitu jaman Sri Pakubuwono I dan VOC tahun 1709
mengadakan perjanjian nama Kalangbret tetap digunakan sebagai ibukota
kabupaten Ngrawa. Begitu juga pada perjanjian Giyanti (1755) nama
Kalangbret disebut salah satunya wilayah manca negaranya kerajaan
Yogyakarta.
Kalangbret
sebagai kadipaten Mancanegara Mataram terbentuk sejak perjanjian
Giyanti. Wilayah tersebut selanjutnya dijadikan ibu kota kabupaten
Ngrawa tahun 1750-- 1824 Masehi. Yaitu mulai masa Mataram Islam hinnggan
jaman colonial. Bupati pertama Kabupaten Ngrawa adalah Kyai Ngabehi
Mangundirono.
Nama
''Kalang bret '' telah dikenal sejak tahun 1255 M (prasasti Mula
-Malurung) dan disebut ulang dalam Negara Kretagama (1635 M) dengan nama
Kalangbret. Atas dasar tersebut legenda yang ada tentang asal Kalabret
dari adipati kalang yang tewas dalam kondisi tersembret-sembret oleh
pangeran Lembu peteng dimentahkan. Sebelum
bernama kabupaten Ngrawa di wilayah Tulungagung sudah berdiri
Katumenggungan Wajak tepatnya pada masa pemerintahan Sultan Agung.
Katumenggungan ini bertahan hingga pembentukan kadipaten Ngrawa dengan
pusat pemerintahan di Wajak sejak perjanjian Giyanti. Ini terjadi antara
tahun 1615 - 1709 M pada masa Mataram Islam dan masa kolonial.
Saat
masih berbentuk Katumenggungan yang menjadi tumenggung adalah Senapati
Mataram bernama Surontani. Tokoh yang sangat melegenda tersebut
dimakamkan di Desa Wajak Kidul Boyolangu. Katumenggungan
Wajak berakhir dengan berdirinya Kabupaten Ngrawa beribu kota di
Kalangbret. Nama "Rawa'' telah dikenal sejak tahun 1194 M (Prasasti
Kemulan) dan disebut ulang dalam Negarakertagama (1365 M). Nama ini
kemudian berubah menjadi ''Ngrawa''.
Saat
tampuk kepemimpinan berada di tangan KRT Pringgodiningrat Bupati
Ngrawa ke IV, yang memerintah tahun 1824 --1930, ibu kota kabupaten
Ngrawa dipindahkan kesebelah Timur sungai Ngrawa yaitu pada lokasi
sekarang ini. Selanjutnya kota baru ini dijadikan pusat pemerintahan
atau ibu kota Kabupaten Ngrawa. Terjadi pada masa colonial sampai
sekarang .Pada tahun 1800--an sampai 1901 nama ''Toeloeng Agoeng''
dipakai sebagai nama salah satu dist rik dalam wilayah Kabupaten
Ngrawa. Nama Kabupaten Ngrawa berubah menjadi Kabupaten Tulungagung
pada tanggal : 1 April 1901 yaitu pada masa pemerintahan bupati Ngrawa
ke 11: RT Partowijoyo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar